![]() |
|
Komik yang kalau dibaca sepintas aja, kesannya mungkin cuma ngawur, “ini apaan maksudnya”, sesuai tagline-nya yang ‘dibikin untuk memenuhi toko buku’ :D
Tapi kalau dibaca dengan saksama, ada ‘sesuatu’ yang bisa diambil dari dongeng/pengandaian, bahkan mungkin sarkas yang disajikan di komik ini. Mungkin penggemar Pidi Baiq jauh lebih mengerti, berkaca dari buku-buku ‘ngawur’ tapi bestseller-nya beliau.
Oh, ya. Judul ‘S.P.B.U’ itu tidak ada hubungannya dengan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar) :D
Komik ini berisi “3 dongeng”.


Lalu yang kedua, kisah si Kancil & Buaya-Buaya disungai. Oh tidak, trik si Kancil dengan menyuruh para Buaya untuk berbaris di sepanjang sungai agar ia bisa ‘menghitung para buaya’, tidak berhasil di cerita ini. Dan bukan Kancil yang jadi tokoh utama, “Dongeng Kafibara”. Si hewan pengerat inilah yang akan membantu Kancil menyeberang sungai, dengan kemampuan bersilatlidah-nya yang lebih up to date daripada si Kancil. Karna memang tiap ‘orang’ harus berkembang, menyesuaikan jaman, tidak hanya disitu-situ saja.
walau ia tetap jadi ‘public figur’-nya, tapi cerita ini berjudul:
Di dongeng kedua ini ada lebih banyak dialog, lebih mudah mengundang tawa, juga lebih mudah dimengerti -bahkan saat pertama kali dibaca, dan jadi cerita favorit saya di komik ini.

setengah dari komik ini, berjudul :
Disamping pertarungan DipDipPop melawan SPBU, di judul ini juga merekam berbagai reaksi warga kota, yang mungkin ‘diambil’ dari (dunia nyata) bagaimana masyarakat kita menyikapi sesuatu yang sedang ‘happening/viral’.
Dengan narasi khas Pidi Baiq dan art kartun khas Rizki Goni, juga ‘makna’ yang bisa digali lewat pandangan masing-masing pembaca, mungkin ini bukan komik ber‘tema’ pasaran dan favorit, tapi okelah jadi koleksi, dan statusnya tentu lebih dari sekedar ‘memenuhi rak toko buku’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading !
Leave your comment here....